Selasa, 15 November 2016

PROLOG

  Pagi ini udah gelap banget, cuacanya mendung dan ada titik - titik air lembut yang jatuh dari langit, suasananya dingin. 

    Hari ini seperti biasa aku berangkat kerja dengan jalan kaki, karena kantor ku memang dekat, sesekali aku juga bersepeda. Kemudian menyusuri setiap trotoar jalan yang penuh diselimuti lumut tipis, kalau nggak hati - hati juga bisa terpleset. Aku mengenakan jaket parasut berwarna biru tua hadiah dari temanku karena aku ulang tahun minggu lalu yang ke 20 tahun. Aku masih berjalan "sendirian"  seseklai aku teringat kejadian itu. Semenjak dia pergi. Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia.

SATU

   "Minggir!" teriak anak laki - laki itu. Dia berlari menerobos keramaian anak - anak SMA yang akan menuju ke lapangan Basket dengan arah yang berlawanan sehingga menabrak beberapa siswa di sana. Jumat ini sudah biasa di SMA kami mengadakan kegiatan rutin kami selama 1 jam setiap hari jumat. Kalau minggu pertama biasanya bersih - bersih, minggu kedua bimbingan konseling yang paling disukai anak anak SMA kami. Yak! Bukanya males atau apa, ni kegiatan biasanya di kelas. Terus cuma dengerin guru nasihatin kita. Daripada gak ngapa- ngapain, biasanya tanpa ketahuan kami main hp, baca komik, baca novel, kirim- kiriman surat gak jelas, tidur (kalau sukses), nyemil, dan nglirik2 gebetan haha... Minggu ketiga jalan santai dan minggu ke empat siraman rohani.

     Ini udah minggu ke empat, seluruh warga SMA kami bergegas untuk melakukan siraman rohani sesuai keyakinannya.

     Aku dan ke 2 temanku Dita dan Mega menuju ke ruang agama. Seperti biasa aku selalu dengan mereka. Tapi ada satu teman cowok kami yang..

      " dia mana?" tanya Dita

" siapa? " tanyaku balik

" siapa lagi kalau nggak pacar lo" dengan nada sedikit mengejek dan Mega menjulurkan sedikit lidahnya 

"Apaan sih! Masa gue sama..." jawabku agak marah

        Dari kejauhan terdengar suara sepatu yang berlari. Suara itu semakin dekat dan berhenti tepat di belakangku. Terasa nafasnya yang ngos- ngosan 

  " gurunya udah ada?" suara terdengar dari belakangku

Ya, dia adalah Brian, cowok yang sering Mega dan Dita kecengin sama aku. Dia anak yang agak nakal, bandel, dan sering dipanggil guru BK. Entah kenapa? Padahal dia anak orang kaya yang hidupnya serba ada. Tapi saat berangkat sekolah dia selalu memamerkan mukanya yang agak lusuh dan ngantuk itu. 

  " belum, kita aja juga baru berangkat" jawab Dita

"Gani, nanti gue pinjem catetan ekonomi lo ya" sahut Brian ke arahku. Tetap dengan mukanya yang lusuh dan berkeringat itu. Gak nyambung sama topik sebelumnya.

" lo pinjem catetan gue yang kemarin aja belum di kembaliin" jawabku dengan nada kesal

" halah santai aja besuk gue kembaliin kok, ya gan?" Sambil mengedik ngedipkan matanya dengan muka memelas.

 " iya" jawabku. 

         Anehnya , setiap kali dia meminta bantuan apapun ke aku. Aku selalu meng - iya kannya. Padahal jelas - jelas aku agak benci sama dia, karena orangnya nyebelin banget.

  "Gani ayo masuk ke ruang agama" ajak Dita sambil menarik tanganku.

   "Ayo" jawabku.

Akhirnya jam 11.30 aku pulang sekolah, setelah melewati rutinitas di sekolah yang melelahkan dan memusingkan. Rencananya hari ini aku, Dita, dan Hani teman dekatku mau membeli Milkshake yang lagi nge - hitz di kota kami. Jaraknya nggak jauh dari sekolah kami, cukup jalan kaki udah sampai. 

  "Choco Magma dua , Chocolate oreonya satu mbak" sahutku ke penjual Milkshake itu. Kemudian kami duduk di kursi yang dimejanya udah tertancap payung yang membuka ,warnanya merah terang.

  "Jadi gimana gan?" tiba - tiba Hani menyeletuk 

"Apanya ?" jawabku

" gak usah sok nggak tau deh" Dita menimpal

"Serius gue nggak tau, kalian ngomongin apaan sih" jawabku kebingungan

"Lo sama Brian" sahut Hani

       Apa -apaan kok tiba - tiba malah ngomongin si kampret itu sih. Jadi nggak nafsu.

  " gue? Sama Brian? Emang ada apa? Gue gak ada hubungan apa - apa sama dia. Kok kalian terus mojokin gue sama Brian sih" sahutku dengan nada sedikit naik

 " jelas - jelas lo berdua keliatan deket banget, masa gak ada apa - apa" tambah Dita sambil memainkan sedotan di jarinya.

" terus kalau kita deket kita pasti pacaran gitu? Lihat lo sendiri Hani, lo juga deket kan sama Rizal. Terus lo pacaran? Enggak kan? Lo ngakunya sama gue dia itu sahabat lo. Terus kenapa cuma gue yang lo pojokin! Lama - lama sebel gue sama lo" sahutku ke Hani dan Dita dengan sedikit berteriak sampe - sampe pengunjung lain menoleh ke arah kami. 

 " 2 choco magma, dan 1 chocolate oreo, ada lagi?" mbak - mbak penjual Milkshake ternyata sudah ada di depan kami, sambil membawa minuman dan meletakan di meja kami.

 " nggak, makasih mbak" jawab Dita

         Mbak - mbak itu hanya menjawabnya dengan senyuman manisnya. Lalu pergi 

   "Ayolah Gani, lo jangan sewot gitu deh.. Jangan marah ya" tiba - tiba Hani mencoba mencairkan suasan yang agak tegang ini.

     "Gue nggak marah, kesel aja, tiap hari di cengin mulu sama lo berdua. Sama Brian lagi" aku menjawabnya dengan nada kesal

   "Habis lo cocok kok sama dia hihi..." tukas Dita 

"Tuh kan..lo mah.. Males gua.." kemudian aku meminum choco oreoku sambil cemberut

 " oke..oke sorry deh gan" sambil memegang tanganku Dita melihat aku dengan wajah yang sok imut.

 "Gue juga Gani cantik" Hani juga ikut - ikutan kaya Dita

 " hah! Sok imut lo, dari tadi udah gue maafin" jawabku sambil melihat muka Hani dan Dita.

 " haha oke deh. Lo paling nggak bisa marah kan sama kita?" Lalu Dita melepaskan gengamannya ke tanganku.

   Aku tidak bisa menjawabnya. Yang pasti aku gak bisa marah sama mereka berdua. Karena mereka memang sobat ku. Pernah sekali aku marah sama Hani kira - kira 1 minggu dan aku udah nggak tahan. Ya akhirnya kami maafan. Entah.. Waktu itu pas minta maaf rasanya canggung banget. 

 " lha terus. Lo sama Rizal gimana?" Dita bertanya ke Hani

" gue? Gue cuma sahabatan kok" jawabnya singkat

" sahabatan?,oh ya? Lama - lama lo cinta lagi sama dia" ejek Dita.

"Nggak tau juga dit" lalu Hani mengambil Handphone nya di tas dan mengetik sesuatu

  "gilak!?" tiba - tiba Hani berteriak

"Kenapa?" aku dan Dita bebarengan 

"Si Rizal ngajak gue ketemuan besuk di kelasnya pas pulang sekolah" bisik Hani

" ya udah emangnya kenapa? Lo kan udah biasa sama dia" sahutku

"Bego lu gan! Itu artinya mau ada sesuatu. Kayaknya mau nembak lo deh Han" sahut Dita

"Apaan si! Nggak lah!" Hani mencoba tenang

"Ngga papa han, lo cocok kok" tambah ku

 Hani tidak menjawabnya, wajahnya memerah, semerah tomat.

           Lalu setelah kami ngobrol cukup lama di kedai itu. Aku dan teman - temanku pulang. Dan hari itu aku nggak bisa berhenti mikirin kata - kata Dita tadi. Kalau aku cocok sama Brian. Freak!.

DUA

Paginya di sekolah. Hari ini persiapan buat acara pentas seni memperingati hari kartini buat besuk, memang sengaja udah tradisi disekolah kami kalau 1 hari sebelum hari kartini kita selalu nggak ada pelajaran dan diberi tugas membersihkan kelas. Aku dan teman- teman ku membersihkan kelas dan menata meja. Geser sana geser sini. Mejanya semua harus ditata rapi. Karena memang ada lomba kebersihan kelas. Kelas siapa yang paling bersih pastilah yang menang.
 Aku yang waktu itu lagi merapikan meja dengan temanku. Tetapi tiba - tiba temanku pergi begitu saja karena malas katanya. "Dasar!" gumamku.
   Tanpa sepengetahuanku tiba - tiba ada yang menggeser meja yang sedang aku rapikan. Lalu aku mendongak ke arah orang yang sedang mengeser mejaku. Dan ternyata adalah Brian. Brian yang dari tadi menggeser dan merapikan meja. Mukanya menjadi berkeringat karena dari tadi dia juga merapikan seisi kelas.
  Aku menatapnya keheranan, tumben- tumbenan dia mau ikut bersihin kelas, biasanya dia langsung pergi ke kantin kalo nggak ya malah main hp. Lalu dia melihat  ke arahku dengan tatapan aneh. Dia tersenyum kepadaku.
 " hah? Kenapa dia?" batinku.
Dia masih tersenyum. Aku juga membalasnya. Kemudian setelah dia selesai merapikan meja. Dia langsung pergi.
 " apa - apaan. Aneh" .
 Acara bersih - bersih udah selesai. Kemudian aku beristirahat karena kecapekan. Aku duduk di bangku taman yang ada di depan kelas ku. Disana aku sendiri. Dita pergi sama Hani ke kantin. Sebetulnya aku juga diajak ,tapi aku terlalu capek dan malas ikut. Angin hari ini memang pas. Sepoi- sepoi menerpa rambutku yang terurai begitu saja karena berantakan dan tak ikut terikat model kuda .
    Ternyata dari arah belakang ada Brian dan dia langsung duduk di sampingku. Dia nggak bicara. Hanya asik mainin Hp nya. Yang notabene Brian memang seorang Gamers. Aku menatap layar hp nya. Aku juga nggak tau dia main apa. Yang pasti game cowok yang sedang berperang.
  "Asik banget ya?" aku membuka pembicaraan. Dia masih nggak ngeh. Aku dikacangin? Dasar!
   Lalu ternyata dia udah selesai memainkan hp nya. Dan menaruh di saku celananya. Aku jadi agak aneh , karena mengingat kejadian waktu menata meja tadi. Suasana jadi agak canggung.
 " ehemm.." Brian ber dehem sendiri. Entahlah mungkin dia juga kikuk dan gerogi
  " kenapa? Lo batuk ya?" tanyaku sok perhatian dan kayaknya aneh juga.
" nggak" jawabnya singkat.
    ( ya ampun. Canggung banget sih!)
Bahkan suara hembusan angin bisa aku dengar saking canggungnya suasan disini.
     " Gani. Lo..punya pin BB nggak?" sahutnya tiba - tiba
" nggak, hp gue rusak ian" jawabku agak lesu (kenapa dia nanyaiin pin bb gue?)
"Loh? Kok bisa? Kenapa rusak?" tanya Brian
" biasa lah. Gara- gara sering dipake pas lagi nge-charge terus batere nya jadi melembung"
 "Wah, beli batere dong" sahutnya
" lo kira gak pake duit?"
" ya iyalah pake duit, emang mau pake apa? Batu?" jawabnya ngaco.
" gue lagi gak punya duit ian. Kalau minta Ayah juga nggak mungkin. Gue lagi pengen beli barang sendiri. Nggak mau minta - minta terus" jawabku panjang lebar
" kok malah jadi curhat sih lo" lalu dia mengambil hpnya dan kayaknya mengecek sesuatu kemudian menaruh kembali ke saku celananya.
"....."
     Dari tadi kayaknya cuma aku sama Brian. Temen -temen yang lain kemana ya? Dari tadi nggak nongol- nongol juga.
     Lalu Brian mengambil uang koin 500 an yang ada di saku bajunya. Koin itu di lambung- lambungkan sambil ditangkap.
 " gani, lo tebak, garuda apa angka?" sahut Brian sambil memegang koin.
" garuda" jawabku cuek
"Oke, siap - siap ya!" lalu Brian melambungkan koin nya dengan teknik jari yang aku nggak tau juga kemudian menangkapnya dengan kedua telapak tangannya.
" plak!" suara kedua tangan Brian. Lalu Brian membukannya pelan- pelan. Dia langsung histeris
"Waaaa!!! Hahaha! Angka. Gani ! Lo salah"
Apaan coba? Girang banget ni orang.
Lalu dia menanyakan hal yang sama seperti semula, melambungkan koin dan membukannya pelan - pelan. Kami terus melakukan hal itu sambil tertawa karena terkadang aku yang salah atau dia yang salah. Sampai -sampai aku nggak sadar kalau aku sudah menghabiskan waktu yang lama dengan Brian. Entahlah rasanya menyenangkan dengannya. Tanpa disangka- sangka...
"Hooyy! Seru banget lo!" seru seseorang dari belakang ku
  Aku menoleh ke belakang. Ternyata Dita. Sendirian. Dimana Hani?
" eh. Kirain siapa dit, Hani mana?" tanyaku ke Dita
"Dia sama Rizal, nggak tau kenapa, ada urusan katanya" jawab Dita
"Oh.." jawabku cuek
"Cie..cie kalian ngapain berduaan? " Dita mulai
"Apaan si lo dit. Kita kan temen, kita semua temenan kan?" jawabku sambil menoleh ke arah Brian dan Dita
      Tiba - tiba Brian beranjak dari sampingku dia berdiri kemudian malah ijin
 " eh ya.. Gue pergi dulu ya" sahutnya dan kemudian dia langsung berjalan pergi meninggalkanku dengan Dita.
  " kenapa dia?" tanya Dita
"Nggak tau" jawabku keheranan.
  (Emangnya aku salah ngomong?)